Wednesday, April 9, 2008

SENTRA CETAK JAKARTA SELATAN

Kini akan menuliskan tentang sentra-sentra percetakan di daerah Jakarta.Semua jasa percetakan yang akan ditulis disini bukan saja percetakan besar tetapi kebanyakan didaerah ini adalah percetakan dengan skala usaha kecil dan menengah. Bulan ini kami akan menelusuri usaha percetakan didaerah Jakarta Selatan kemudian bulan berikutnya bergantian antara Jakarta Barat,Pusat,Timur, dan daerah sekitar Jakarta seperti Tangerang,Bogor,Bekasi dan Depok. Artikel ini memberikan sedikit gambaran bahwa didunia percetakan terutama usaha kecil masih saja bertahan walau dengan kondisi yang belum begitu baik.
Tulisan ini tidak hanya mencakup kegiatan usaha percetakan itu sendiri tetapi juga memberikan gambaran kepada usahawan maupun pelanggan dapat memahami cara kerja usaha percetakan kecil menengah.
Bila kita menyusuri jalan dari mulai pasar ciuptat ke pasar kebayoran lama, maka kita akan menemui banyak sekali percetakan kelas kecil menegah tersebar di sepanjang jalan Ciputat raya sampai pasar kebayoran lama. Jangan khawatir meskipun di-kategorikan sebagai sentra kecil menengah tetapi semua pelayanan mulai dari jasa pra cetak sampai paska cetak dapat anda temui di sepanjang jalan tersebut.
Pagi itu sekitar pukul 8, udara agak sedikit bersahabat setelah beberapa hari terakhir kota di Jakarta diguyur hujan yang cukup deras di daerah Jakarta Selatan. Beberapa percetakan yang ditemui, ada yang masih tutup dan tentu saja ada yang sudah buka.
Beberapa karyawan percetakan masih terlihat asyik dengan makan pagi favorit bakmi ayam, nasi warteg dan gorengan singkong, ubi, pisang goreng, tempe,tahu dll.
Meskipun topik formalin dan borak gencar menerpa pedagang makanan tetapi tidak menyurutkan mereka yang harus datang pagi untuk mulai mengais rezeki di sector percetakan di Jakarta Selatan ini.

SENTRA CETAK JAKARTA BARAT

Usai mengupas sentra percetakan daerah Jakarta Selatan di edisi lalu, kini MAJALAH GRAFIKA INDONESIA menghadirkan liputan dari sentra di Jakarta Barat.
Tepatnya di jalan Murwadi Grogol. Kalau pembaca naik kendaraan umum,dan bila anda berhenti tepat di sekitar terminal grogol, anda tidak akan kesulitan menemukan lokasi percetakan di daerah Jakarta Barat ini. Tinggal tanya mana daerah percetakan yang buka 24 jam di daerah itu, pasti mereka tahu dimana letaknya.
Berdekatan dengan kawasan Roxy yang selalu ramai dan sudah terkenal dengan pusat bursa pasar handphone, kompleks percetakan ini juga tak pernah sepi. Sejak pukul sembilan pagi, jalan Murwadi sudah di penuhi klien-klien percetakan dan operator cetak yang sibuk beraktivitas.
Menurut pengakuan beberapa klien, daerah ini memang trkenal sebagai sentra percetakan. Ya, sepanjang jalan Murwadi, dapat ditemui sekitar 30 kios yang menawarkan berbagai jasa yang berhubungan erat dengan percetakan. Bisa ongkos cetak saja, maupun one stop shoping mulai dari setting, bikin fil sampai jilid.
Tak hanya percetakan, tapi tempat setting, film dan toko kertas juga dapat dijumpai disana. Kehadiran mereka disini memang untuk menunjang proses pencetakan sebuah produk agar dapat berjalan lancar. Tak hanya itu, mereka juga semakin meringankan ongkos percetakan, terutama bagi mereka yang ingin ‘jalan sendiri’.
Kebanyakan percetakan yang dikunjungi tim liputan kami, hampir semua urusan pagi harinya diserahkan kepada penanggung jawab atau operator cetaknya. Bos alias pemilik percetakan itu, banyak yang belum hadir.
PERCETAKAN KECIL PANTANG MENYERAH
Meskipun harus bersaing dengan lawan pesaing yang berat dari percetakan kelas menengah, para pengusaha percetakan kecil yang ada disitu tetap mampu berperang dibisnis percetakan.
Sebut aja Sumber Agung Printing, Anshell, Indah Prima, Tunas Muda Printing, Prisma, SAP, AM Printing, Mitra Percetakan Raya Sukses dan lainnya, tetap dapat menjalankan seluruh kegiatan bisnisnya, bahkan ada kios percetakan yang tak memiliki papan nama sama sekali, tetapi tetap dapat menerima order dengan lancar.
Salah satu faktor eksternal untuk dapat bertahan diakui Rio- penanggung jawab salah satu percetakan kecil – adalah loyalitas customer.
“ereka biasanya memiliki langganan tetap. Kebanyakan pelanggan datang ke kami adalah yang sudah biasa datang. Mereka acap mempercayakan jasa cetak kepada percetakan yang sama,” ujar Rio sambil mengawasi perkejaannya.
Salah satu kiat untuk dapat bersaing dengan percetakan menegah di jalan Murwadi, beberapa kios percetakan kecil, harus berani memasang tarif murah. “ Selain langganan yang loyal, mereka datang ke percetakan kecil karena harganya yang relatif lebih murah dibanding percetakan menengah. Kalau masalah kualitas, jelas kami sulit bersaing. Kapasitas dan jenis mesin yang kami miliki bisa dibilang jauh dengan percetakan menegah.Karena itu kami harus menawarkan harga miring,.” Tambah Rio.
Ketimpangan jelas terbukti jika melihat percetakan menegah menggunakan mesin Heidelberg, Roland dengan tipe GTO dan SORMZ, sedangkan percetakan kecil mayoritas dilengkapi Mesin took dan Hamada. Namun mereka tidak gentar, dan percetakan kecil keukeuh tak ingin alih profesi, karenanya itu tadi, tiap pelanggan mempunyai kebutuhan tersendiri dalam memenuhi selera hasil cetaknya. Kalau ada pelanggan yang sudah puas dengan hasil cetak mesin TOKO,RYOBI atau HAMADA, mengapa harus dicetak dengan mesin HEIDELBERG, begitu alasannya.
PERCETAKAN MENEGAH
Selain Mukti Abadi, X- presi, Jadi Jaya dan Bianglala, salah satu percetakan menengah adalah Rajawali Printing. Bertenagakan 19 orang karyawan cetak, Rajawali Printing telah berkecimpung didunia ini selama empat tahun.
Untuk bisa bertahan dalam persaingan ketat bisnis percetakan di jalan Murwadi, diakui Dian Budiman selaku penanggung jawab Rajawali Printing tidaklah mudah. Namun Dian tidak takut kalah bersaing, baginya kunci keberhasilan adalah dengan memuaskan pelanggan.
Mutu yang baik adalah salah satu faktor utama yang harus selalu dijaga. Sedangkan untuk mendapatkan mutu yang baik, harus ditunjang dengan mesin yang prima.
Untuk menjaga kualitas dan kepuasan customer, Rajawali Printing menggunakan 2 mesini utama. Heidelberg GTOV, 4 warna ukuran 52x36cm dan Roland 100, 4 warna ukuran 66x48cm. Rajawali Printing juga dilengkapi dengan mesin potong, mesin lipat, mesin jahit kawat ( stitching ), mesin expose plate,” ujar Dian ramah.
Tak jauh berbeda dengan percetakan menengah lainnya di Jalan Murwadi, Rajawali Printing mematok harga Rp 150.000 per plate dengan minimum 5000 cetak untuk penggunaan mesin Roland, sedangkan untuk GTO dikenakan biaya Rp 90.000 pewarna minimum 5000 cetakan.
Tak hanya mutu, Rajawali Printing ternyata memiliki kiat tersendiri untuk menggaet kilen.Pendekatan kekeluargaan disinyalir menjadi kunci utama.
Kami selalu memberikan servis yang baik. Setiap pelanggan yang datang ke Rajawali Printing kami perlakukan ibarat teman. Kami jugamemberikan kebebasan bagi merreka utnuk dapat mengawasi dan memberikan pengarahan proses pencetakan, adjusting, warna maupun komplain.Layanan ini sendiri dirasakn oleh TIM MAJALAH GRAFIKA INDONESIA.Sejak kedatangan di Rajawali Printing sambutan hangat selalu diberikan kru dan staff.
Agar mutu selalu terjaga, kualitas sang operator tak boleh dilupakan. Pekerja di Rajawali Printing jelas terdiri dari para ahli, pasalnya untuk seorang yang bisa berkeja disana selain harus memiliki pendidikan khusus dibidang grafika, juga pengalaman yang cukup.
Untuk bisa ikut berkecimpung didunia percetakan, Rajawali Printing harus merogoh modal yang cukup besar. “ Untuk mesin GTO saja, kita mengeluarkan dana 3 miliar rupiah. Belum ditambah biaya prosduksi, perawatan, dan gaji karyawan. Total pengeluaran kami untuk menggaji karyawan cetak sekitar empat juta rupiah perbulan. Angka ini belum termasuk total upah finishing perbulan sebesar Rp 750.000, uang makan sebesar Rp 10.000 perorang, upah lembur, kerajinan,” tandasnya.
Dengan membenamkan dana investasi diatas 3 milyar, Rajawali Printing dapat meraih omzet perbulan 100-200 juta rupiah. Tak heran untuk mengembalikan modal, mereka harus mendapatkan order yang tak sedikit pula. Menurut Dian, keuntungan terbesar didapat dari mencetak buku dan majalah. Karena buku memiliki banyak halaman, biasanya order hingga beberapa set. ( yang dimaksud disini adalah 4 color itu = 4 set). Finishing buku rata2 juga dilakukan disini, tukas Dian.
Ketika ditanya mengapa membuka percetakan didaerah jalan Murwadi yang sudah banyak pesaingnya, Dian menjawab santai, “ Sebenarnya kami terinspirasi oleh kesuksesan percetakan Mukti Abadi yang tak berada jauh disini. Disini juga letaknya sangat strategis. Disini yang menunjang proses cetak, seperti toko kertas, tempat setting, laminating, tempat mebuat flim, jadi mau kemana-mana gampang.Lagipula, kami tak takut kalah bersaing.Kami memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan percetakan lainnya,” katanya lepas.
BIANGLALA SAINGAN BARU
Sengitnya persaingan di jalan Muwardi rupanya tak menghalangi lahirya percetakan baru. Bianglala adalah salah satu yang masih “ hijau” di kawasan ini. Di usia yang baru menginjak di minggu kedua, pimpinan Bianglala- yang tak ingin namanya disebutkan – mengaku optimis akan dapat sukses berkompetisi.
“ Meskipun baru kami akan buktikan bahwa Bianglala lebih maju dibanding percetakan lain,” tukasnya.
Bermodalkan sebuah mesin Heidelberg GTO 4 warna, ukuran 52x36cm dan enam orang operator cetak, Bianglala akan mengusahakan yang terbaik untuk mencari pelanggan. Sayangnya, Bianglala belum dapat mengambarkan dengan jelas strategi apa yang akan ditempuh untuk memenangkan persaingan.
“ Karena masih baru, kami masih akan mempelajari bagaimana persaingan disini. Setelah itu, kami akan mencari straategi dan taktik yang tepat untuk bisa unggul dari yang lainnya.” Ujarnya.Ketika ditanya alasan mengapa membuka usaha percetakan di tempat yang sudah memiliki banyak percetakan. Bianglala mengaku justru ingin sukses seperti percetakan- percetakan senior di jalan Murwadi. “ Kami melihat bahwa pasar percetakan disini memang bagus.Kami yakin Bianglala dapat sukses disini.”
Dengan modal sekitar dua milyar rupiah untuk membangun Bianglala, mereka mematok harga ongkos cetak sebesar Rp 85.000,- per plate untk 3000 lembar.
Dari penelusuran di daerah itu, pembaca dapat melihat pengalaman yang menarik, bahwa tiap usaha percetakan mempunyai pangsa pasar tersendiri, bahkan yang tidak mempunyai papan nama sekalipun. Selain itu kita dapat menarik pelajaran dari mereka bagaimana mereka bisa bertahan dengan menjaga customer agar tetap loyal pada percetakannya, dengan menjaga kualitas dan servis yang memuaskan. Dimana kualitas dan servis merupakan salah satu alasan untuk memenagkan persaingan yang kian ketat.

KALKULASI BIAYA PENERBITAN BUKU

Penerbitan buku adalah suatu kegiatan yang dimulai dari mencari naskah hingga diproduksi menjadi barang cetakan dalam bentuk buku.Dalam proses penerbitan buku pada umumnya melibatkan 3 komponen pokok: penulis, penerbit dan percetakan. Ketiga komponen tersebut memiliki fungsi, tugas dan tanggung jawab masing-masing, diterapkan secara terencana sehingga proses penerbitan dapat terlaksana dengan baik.
Penulis bertanggung jawab untuk menulis naskah, penerbit bertanggung jawab untuk mengolah naskah (mengedit, melengkapi ilustrasi, mengoreksi,dan memperbaiki) sampai clean copy, dan percetakan bertanggung jawab untuk memproses naskah clean copy sampai menjadi buku jadi.
Penerbit dalam hal penerbitan buku selain bertugas untuk mengolah naskah sampai clean copy, pada umumnya bertanggung jawab pula untuk mendanai seluruh kegiatan penerbitan mulai dari mencari naskah, menulis naskah, mengolah naskah sampai memproduksinya hingga menjadi buku.
Penulis dalam melaksanakan tugas menyiapkan naskah, memerlukan dana yang tidak kecil, karena dia harus mencari ide, mencari bahan rujukan untuk naskah yang ditulis,mencari ilutrator bilamana perlu, menulis untuk menuangkan idenya ke atas kertas atau mengetik dengan komputer, selanjutnya adalah mencetak coba melalui komputer.
Percetakan dalam pelaksanaan tugasnya,memerlukan dana untuk membeli bahan baku kertas untuk buku, membayar gaji pegawai, membayar listrik, membayar telepon, membayar gedung dan pengadaan tanah, membayar pajak, dan pengadaan mesin produksinya. Secara cepat atau lambat seluruh biaya yang telah dikeluarkan olh perusahhaan dalam menerbitkan buku tersebut secara ekonomis harus dapat dikembalikan. Sehingga kehidupan usaha penerbitan yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
BIAYA PENERBITAN BUKU
Kegiatan penerbitan merupakan kegiatan komersial yang bertujuan untuk menjual produk media komunikasi tercetak dalam bentuk buku.
Untuk meperoleh suatu bentuk buku yang telah siap di pakai/dibaca dan dijual ke masyarakat,penerbit harus mencari naskah yang harus berkualitas, memproses naskah agar layak terbit, mendesain naskah menajdi sebuah buku yang secara fisik menarik, memproduksi massal buku, memasarkan buku, selanjutnya mendistribusikan buku ke pembaca.
Seluruh kegiatan penerbitan mulai dari mencari naskah, memproses naskah hingga layak terbit, mendistribusikannya ke pembaca diperlukan suatu pengeluaran biaya. Seluruh biaya penerbitan buku sebagaimana diuraikan di atas menurut Datus C.Smith Jr.(1992) secara garis besar dapat diterapkan mejandi tiga jenis yaitu biaya editorial, produksi, pemasaran dan distribusi. Dari ketiga jenis biaya dia atas apabila dirinci dapat diartikan sebagai berikut* biaya editorial adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproses naskah hingga clean copy.Naskah clean copy adalah naskah yang telah bebas dari editorial pada umumnya naskah tersebut telah dilengkapi dengan ilustrasinya.
*Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproses naskah menjadi barang cetakan/buku. Buku adalah suatu bentuk media komunikasi masa tercetak yang memiliki ukuran tertentu,terdiri dari bebrapa halaman isi berisikan teks dana tau gambar dan diberi sampul/kulit dengan menggunakan desain yang apik.
*Biaya pemasaran dan distribusi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memasarkan dan mendistribusikan buku kepada konsumen. Buku yang diterbitkan gara bisa sampai ke konsumen harus dipasarkan (dilempar ke pasar) apakah melalui agen,toko buku,koperasi sekolah.Untuk meyampaikan buku dari penerbit ke agen, toko buku atau koperasi sekolah harus didistribusikan dengan baik.
Rangkaian kerja proses penerbitan buku merupakan gambaran nilai biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan penerbitan dalam rangka mewujudkan suatu ide dalam bentuk naskah sampai kepada pembacanya. Sedangkan untuk mewujudkan ide menjadi suatu bahan bacaan dalam bentuk buku tentunya penerbit membtuhkan beberapa komponen pendukung antara lain: tenaga kerja, fasilitas mesin dan peralatan,fasilitas mesin dan peralatan,fasilitas tempat usaha, sumber daya/energi,dan fasilitas lain yang tidak dapat dihindarkan hingga proses penerbitan berjalan dengan baik.
Agar proses penerbitan berjalan dengan lancar, maka fasilitas-fasilitas pendukung itu harus diadakan dengan resiko harus dikeluarkan biaya yang tidak kecil oleh perusahaan. Dan itulah secara ekonomis merupakan pengorbanan yang harus dipertanggungjawabkan dalam menetapkan harga buku jual yang dipasarkan.Biaya merupakan satuan nilai rupiah yang dikeluarkan/dikorbankan oleh perusahhan penerbitan dalam rangka memproses nsakah menjadi buku untuk selanjutnya dapat dijual di pasar.
Tidak banyak berbeda dengan perusahaan-perusahaan non penerbitan, bahwa biaya yang dikeluarkan dalam rangka menerbitkan buku memiliki klasifikasi dan pos-pos biaya sesuai dengan kegiatan utamanya.
Didalam usaha penerbitan pada umumnya menggunakan isitilah penggolongan biaya ada dua,yaitu biaya tetap dan biaya variable.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak tetap jumlahnya seiring dengan tinggi rendahnya volume prosduksi, misalnya biaya produksi, biaya listrik, biaya bahan buku, dan biaya lainnya yang setiap saat dapat berubah seiring dengan tingkat perubahan volume produksi. Lebih spesifik lagi dalam suatu perusahaan penerbitan buku,biaya pada umumnya telah diklasifikasikan sebagai berikut;
1.Biaya umum, yaitu biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan penerbitan secara priodik karena adanya kegiatan penerbitan buku. Yang dimaksud dalam biaya umum adalah gaji pegawai, biaya penyusutan mesin / peralatan, biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan fasilitas transportasi, biaya penyusutan fasilitas kantor, asuransi, biaya listrik, biaya telepon, biaya konsumsi pegawai, biaya pemasaran (biaya promosi dan biaya entertainment); biaya distribusi, biaya perawatan gedung, dan fasilitas lain: bunga atas modal, pajak perusahaan, biaya pencarian naskah, biaya penulisan naskah ,dan biaya pengadaan alat tulis kantor
2. Royalti penulis, yaitu kompensasi yang dikeluarkan oleh perusahaan penerbit untuk penulis setiap periode tertentu karena jumlah buku yang secara berkelanjutan laku dijual.
3. Pajak, adalah pajak yang harus dibebankan terhadap harga jual buku yang memang kena pajak.
4. Rabat, adalah kompensasi yang dikeluarkan oleh perusahaan penerbitan untuk penjual buku seperti agen distributor dan toko buku.
PENGERTIAN KALKULASI HARGA BUKU
Kalkulasi dari istilah dalam bahasa Inggris calculation artinya adalah perhitungan. Kalkulasi harga buku adalah proses yang menyangkut pengumpulan,pemilahan, analisis dan perhitungan biaya proses penrbitan yang ahrus dibebankan kedalam harga buku sehingga harga buku merupakan nilai kuantitatif pengorbanan yang telah dilakukan oleh perusahaan ditambah dengan biaya pengembangan perusahaan, keuntungan dan pajak.
PRINSIP-PRISNSIP KALKULASI HARGA BUKU
Dalam menghitung harga jual buku maka beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
Jenis buku yang akan diterbitkan
Nilai pasar buku
Oplah cetak yang diterapkan
Jenis bahan baku isi dan kulit buku
Jenis cetakan, jumlah warna cetakan
Jumlah halaman isi buku
Jenis penjilidan bukunya (lux/biasa)
Ukuran buku yang diproduksi
Masa laku buku yang akan diterbitkan
Trend pasar harga jual buku sejenis
Kualitas materi buku
Kualitas penulis buku
Tingkat persaingan rabat penjualan buku di pasar
Persentase kompensasi royalty
Besar/kecilnya harga produksi di pasar
Tingkat produktifitas karyawan
Tingkat efisiensi kinerja perusahaan
Jumlah dan judul buku yang diterbitkan dalam periode tertentu.
PENTINGNYA METHODE KALKULASI HARGA BUKU
Salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat penjualan buku adalah harga jualnya. Harga jual mengandung dua aspek penting yang dapat menggambarkan nilai pengorbanan biaya perusahaan yang harus dikembalikan yaitu: harga jual dan sekaligus harga pokok.
Apabila dari harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan dapat mempelancar proses penjualan, maka modal perusahaan untuk menribitkan buku yang dijual untuk dapat kembali dan juga ditambah dengan keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu diperlukan metoda perhitungan yang tepat, artinya metoda perhitungan yang dapat mengakomodir seluruh biaya peenrbitan secara teliti dan rasional. Sehingga metoda perhitungan dapat digunakan sebagai:
Acuan untuk menghitung biaya produksi yang akan dibebankan kepada harga jual buku
Acuan untuk menghitung biaya umum yang harus dibebankan kedalam harga pokok
Acuan untuk menetapkan harga jual buku yang diterbitkan

MENGHADAPI PLATE CETAK BERMASALAH

Dari pengalaman PT ADHI melayani keluhan pelanggan yang menghadapi masalah cetak, penulis ingin berbagi pengalaman kepada pembaca yang masi mengikuti mesin cetak offset sebagai operator cetak.
Salah satu penyebab masalah cetak biasanya yang palingmudah dikambing hitamkan adalah plate cetak, apapun masalahnya plate cetak merupakan acuan cetaknya.
Padahal proses cetak tidak bisa dipisahkan dengan rol air dan rol tinta yang ada di mesin cetak, plate cetak,blanket, kertas, tinta,dan bahan chemical yang digunakan. Apabila kita mendapat suatu masalah alangkah bijaksananya apabila kita menganalisa dahulu dengan baik sehingga dengan mudah kita dapat mencari penyebabnya, untuk kemudian mencari jalan keluar yang tepat.
Adakala operator cetak mendapat masalah gangguan cetak, yaitu pada, hasil cetaknya didapati baying-bayang halus kotor tipis disebagian atau seluruh permukaan cetak, atau kotor tipis atau kotor menutupi dibagian non image aera. Penulis ingin mengajak pembaca melihat masalah yang disebabkan plate cetak atauo penyebab lain yang mengakibatkan kerusakan pada plate cetak.
Pada dasarnya untuk mendapatkan cetakan yang baik adalah dengan membuat keseimbangan air dan tinta sedemikian rupa sehingga pemindahan tinta dari permukaan plate cetak ke atas kertas sesuai dengan yang di inginkan guna mendapatkan warna yang sesuai dengan contoh cetak. Namun untuk mendapatkan perbandingan yang tepat memang tidak begitu saja dengan mudah didapatkan, bagi mereka yang belum banyak menghadapi masalah cetak.
Biasanya permasalahan dalam pelat cetak selalu dikaitkan dengan toon, scuming, oksidasi, cetakan rontok, plate robek, dan lain-lain. Berikut akan dibahas beberapa penyebab permasalahan tersebut diatas;
Tonen dan Tinten
Hasil pembuatan pelat menghasilkan gambar (image) yang peka terhadap tinta diatas pelat, dan bagian yang tidak ada gambarnya (non image area) menolak tinta.Apabila waktu dicetak bagian yang tidak ada gambar itu sebagian atau seluruhnya menjadi memegang tinta disebut toon (tonen). Toon ini disebabkan oleh penyetelan yang kurang baik hingga merusak grain di atas pelat, karena tinta kurang baik, pembuatan pelat tidak baik, dampening solution tidak sesuai atau karena terlalu asam.Tonen ini biasanya sulit diatasi.
A.Penyebab Terjadinya Tonen
Penyetelan Rol Basah Kurang Tepat
Dalam cetak offset diperlukan keseimbangan antara banyaknya tinta dan air yang dipaka,karena itu dampening rollers seluruhya harus terletak diatasa pelat dengan ukuran 0,1 mm. Jika tidak, kebutuhan air yang diperlukan tidak akan terpenuhi untuk menjaga pelat selalu bersih.
Kalau toon itu disebabkan karena penyetelan rol basah kurang tepat dapat diatasi dengan:
Rol- rol basah diatur kembali supaya pemberian air diatas pelat mejadi tepat, yaiut permukaan pelat kelihatan seperti mengkilap, apalagi sampai air bercucuran.
Bekas-bekas toon dihilangkan dengan pelat dietse (plate cleaner), kemudian di gom dan dikeringkan.
Rol Basah Kotor
Rol basah yang mengandung minyak tidak dapat menerima air dengan baik dan menggangu peredaran air. Karena itu harus diperhatikan supaya pada waktu memberi minyak pelumas pada mesin jangan sampai mengenai rol-rol basah.Sebab rol- rol basah yang berminyak menyebabkan terjadinya toon. Karena itu bila kita mengetahui adanya kotoran-kotoran oli atau minyak pada rol basah, supaya segera dibersihkan.
Pencetak hendaknya meperhatikan pula bila rol basah itu cepat sekali menjadi kotor. Ini mungkin disebabkan pH pada pembasahan tidak sesuai, terlalu banyak tinta diatas pelat, tinta terlalu gemuk, atau terlalu pendek,atau penyetelan rol terlalu berat diatas pelat.

REPRODUKSI WARNA DENGAN CETAK OFFSET

Quality control cetak offset sangat diperlukan agar terciptanya standarisasi
Sebuah original berupa foto atau slide yang akan diproduksi(diperbanyak) melalui system cetak haruslah dipecah ke dalam 4 warna proses yaitu Cyan,Magenta,Yellow dan black atau dikenal dengan CMYK.
Proses ini dimulai dari tahap digitalisasi melalui scanner. Foto atauslide yang di scan kedalam bentuk data digital disebut gambar bit map, karena terdiri dari kumpulan pixel (picture element).
Banyaknya jumlah pixel dinyatakan dalam isitilah resolusi input.
Misal: sebuah cetakan dengan screen ruling= 150 lpi, diperlukan resolusi input=2x150lpi=300 lpi atau 300 ppi.kemudian gambar bitmap tersebut bersama teks di layout dengan aplikasi grafis yang tersedia pada PC atau Mac.
Gambar bitmap yang telah dipisahkan warna kedalam bentuk CMYK kemudian di output kedalam bentuk dot / raster melalui image setter menjadi lembaran film. Pada saat out put ke imagesetter,harus ditentukan nilai screen ruling (raster), resolusi output, jenis dot,sudut raster dan lain-lain.
Besar kecilnya dot yang dibentuk melalui imagesetter memiliki peran yang sangat penting sebagai acuan permintaan di mesin cetak.Dalam proses pencetakan separasi warna, setiap dot akan saling bertumpuk dengan sudut yang berbeda untuk mendapatkan warna yang sesuai dengan model originalnya.
Permintaan dan Density Cetak
Film separasi yang sudah di out put kemudian dikontak ke pelat melaui mesin platemarking. Besar kecilnya dot pada film separasi juga akan berpindah pada pelat cetak. Variasi penyimpangan bisa saja terjadi apabila :
Waktu penyinaran terlalu lama/cepat
Cairan developer pada mesin prosesor sudah lemah atau terlalu kuat
Proses pencucian pelat dilakukan secara manual
Oleh karena itu untuk menjaga standarisasi pada output pelat harus digunakan ‘Grayscale’ misalnya dari Kodak Polychrome atau ugra, dan lain lain.
Tinta yang tercetak pada kertas sangat dipengaruhi oleh:
Proses pengalihan dari pelat ke blanket
Jenis kertas atau kemampuan daya serap kertas
Karakterisitk/ sifat tinta tersebut, dan lain-lain.
Ketebalan Lapisan Tinta
Bedasarkan standar DIN 16539, Ketebalan tinta pada warna proses direkomendasikan yaitu 0.7-1.1 mikron. Sedangkan pada praktek sehari-hari ketebalan tinta maksimum yang dianjurkan maksimal 3.0 mikron. Secara ideal, proses permintaan harus setipis mungkin namun pencapaian warna atau density tercapai. Hal ini sangat didukung dengan kualitas dari tinta tersebut. Semakin tebal permintaan, maka makin besar pula dot gain atau perbesaran titik yang terjadi dan semakin gelap hasil cetak yang didapat.
Kepekaan tinta pada hasil cetak dinyatakan dalam bentuk density dan diukur melalui alat densitometer.
Hubungan Density dan Ketebalan Tinta
Penambahan ketebalan tinta memiliki batas maksimum,apapbila nilai maksimum dencity sudah tercapai,berapapun penambahan titik tidak akan menambah nilai density. Garis-garis putus menunjukan batas maksimum yang dianjurkan.
Penyimpangan Dot
Perjalanan dot mulai dari pre-press sampai cetak sangat mempengaruhi kualitas cetak dan warna hasil cetak.Perubahan besar/kecil dot dapat disebabkan beberapa faktor antara lain:
Proses kalibrasi pada imagestter (penyinaran dan pencucian film)
Kontak pelat di platermaking (penyinaran dan pencucian hebat)
Di mesin cetak proses pembasahan, penintaan, kekenyalan blanket, tekanan cetak dan lain-lain
Kertas, jenis kertas, dan kehalusan permukaan kertas
Bentuk Perubahan Dot
Pada saat pencetakan di mesin cetak, bentuk dot dapat berubah.Perubahan bentuk dot juga turut mempengaruhi kualitas cetak. Secara umum perubahan bentuk dot dikategorikan sebagai berikut :
Dot gain, yaitu terjadinya pembesaran dot baik secara simetris gradual (teratur), maupun asimetris (memperbesar dengan ujung tak teratur)
Filling in, yaitu pengurangan non aera yang seharusnya bersih tetapi berubah menjadi shadow (samar-samar) atau tertutup sama sekali oleh dot. Umumnya terjadi pada pencetakan diapositif.
Sharpening, yaitu ukuran dot lebih kecil dari ukuran dot film.
Sluring, yaitu bentuk dot berubah memanjang atau oval, baik kearah lateral maupun kearah circumferensial.
Doubling, yaitu bentuk dot berubah menjadi dua,satu merupakan dot sebenarnya dan kedua merupakan dot bayangan.bentuk dot bayangan bergantung arah.
Offseting, yaitu bentuk dot berubah seperti sluring tetapi bagian ujungnya lancip seperti matahari.
Penumpukan Tinta
Penumpukan tinta/ Ink trapping adalah seberapa kuat melekatnya tinta saat mencetak dua warna yang bertumpuk diatas kertas. Hal ini dipengaruhi oleh urutan pencetakan pada mesin cetak ( mesin cetak 1 warna, 2 warna atau 4 warna ).
Penumpukan warna dapat terjadi pada dua kondisi:
Basah diatas basah (contoh mesin 2 warna atau 3 warna)
Basah diatas kering (contoh mesin 1 warna)
Contoh urutan pencetakan standar pada mesin 1,2 dan 4 warna
Mesin 4 warna (basah diatas basah) :
Black+Cyan+Magenta+Yellow
Mesin 2 warna (basah diatas basah):
Cyan+Magenta+kemudian Black+Yellow
Mesin 1 warna (basah diatas kering):
Cyan,Magenta,yellow,Black atau Black,Cyan,Magenta,Yellow
Alat Bantu Pengontrolan Warna
Pada umunya alat bantu yang digunakan untuk pengontrolan warna selain berupa alat ukur seperti spektrondensitometer ada juga print control strip. Pemakaiannya dilakukan pada pelat cetak dan sangat berguna untuk mengontrol parameter warna dan aspek-aspek yang memperngaruhi kualitas cetak seperti: konrol warna solid,control raster halftone, kontrol sulling,dan doubling, kontrol untuk solid traping, kontrol pelat untuk melihat kualitas penyinaran di platemarking.
Quality kontrol pada cetak offset sangat diperlukan agar terciptanya standarisasi, hal ini membutuhkan :
Parameter yang jelas
Diperlukan peralatan densitometer atau spectrophometer
Digunakan alat bantu seperti Print Control Strip untuk mengontrol kualitas cetakan dengan parameter yang jelas.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi mutu cetakan antara lain; tinta cetak, jenis kertas, kualitas film separasi, kualitas pelat cetak, pengoperasian mesin cetak (SDM), suhu ruangan, kondisi alat ukur, kondisi cairan chemical, dan lain-lain.

Heidelberg Anicolor Inovasi Baru

Anicolor short inking unit mampu menekan waste mendekati 90% dan waktu persiapan ditekan lebih dari 40%.
Mesin Heilderbeg yang dilengkapi teknologi Anicolor, sudah terjual lebih dari 60 unit Speedmaster SM 52. Beberapa percetakan di dunia yang memasang teknologi ini memiliki nilai kompetisi lebih baik dibanding mesin yang lain.Permintaan meningkat terutama untuk Negara Amerika Serikat, Jerman, Swiss,dan Ingrris.Tahun 2000 ini Anicolor teknologi memperoleh penghargaan dari US PIA/GATF (Graphic Art Technology Foundation) untuk kategori penemuan teknologi baru. Tahun lalu, juga mendapat penghargaan dari majalah Deutscher Druker untuk pemenang Penemuan Baru Tahunan,(Annual Inovation Award).
Percetakan Taylor Coporation, Yang berpusat di Makanto selatan, Minnesota, sudah memesan 6 mesin cetak dengan teknologi Anicolor. Empat diantaranya sudah beroperasi di kantor pusat dan 2 lagi akan dipasang di kantor cabang.
Taylor berada di lebih dari 50 lokasi di beberapa kota di Amerika, produksinya focus ke tiras kecil menegah yang digunakan untuk keperluan komersial, seperti business card, brosur, flyer, dan lain-lain. Hampir 95% ordernya bertiras kurang dari 1000 lembar. “Mesin cetak dengan teknologi Anicolor adalah investasi yang sangat baik yang pernah kami lakukan”, Komentar Craig Krone, Kepala produksi di percetakan Taylor.”Waktu persiapan kami lebih singkat dari semula 15 menit menjadi 7-8 menit dan warna sudah kami dapatkan pada lembar ke 20 atau 25,” dia menambahkan.Dengan rata-rata 5 kali ganti pekerjaan (job) per jam, ini menunjukan bahwa mesin ini bekerja dengan produktif. “ Keunggulan teknologi Anicolor dibanding cara kerja konvensial offset adalah warna lebih konsisten dapat dicapai sampai pekerjaan selesa,tidak peduli berapa tirasnya. Operator cetak tidak perlu sering mengatur warna, sehingga tugasnya dapat dimanfaatkan untuk pekerjaan yang lain,” jelas Krone.
Mesin cetak Anicolor juga mengejutkan sebuah percetakan di Inggris. Salah satu percetakan itu adalah Doveston Press yang berlokasi di Bristol, dimana baru saja menerapkan teknologi CTP dan digital printer. Percetakan ini sekarang menggunakan 2 cara sekaligus, offset atau digital yang sama-sama cepat,untuk pekerjaan tiras kecil menengah.Sistem Anicolor offset digunakan untuk pekerjaan dengan tiras 500 dan digunakan juga untuk memproses coating.Pekerjaan cukup bervariasi dari mulai brosur, flyer, poster kartu ucapan dan lain-lain. “ Waste kertas dan tinta sangat irit,” komentar Kepala prosduksi,Mark Savage.
Mesin cetak beroperasi 6 hari dalam seminggu,dan mencetak 1,5 juta cetakan setiap bulan.
The speedmaster SM 52 dengan teknolgi Anicolor, juga menarik perhatian khusus pada setiap acara open house Heilderbeg dalam tahun ini di Jerman. Pembeli sudah antri untuk melihat demonstrasi Anicolor.
Mencetak dengan Anicolor, waste berkurang banyak dan lebih ramah lingkungan.
Heilderbeg memperkenalkan Anicolor inking teknologi pada Speedmaster SM 52-4 warna pada Ipex 2006. Dan kertas untuk cetak coba hanya berjumlah 10 sampai 20 lembar 9(tergantung dari motif cetakan). Artinya system ini dapat menekan wate sampai 90%. Pada kenyataannya,tidak ada lagi jalur tinta (ink zone) yang harus di setel,jadi mempersingkat waktu perisapan lebih dari 40% sehingga mampu menaikan kapasitas mesin 25% bahkan lebih.
Ini akan menambah keunggulan dari mesin ini, bahkan pada tiras kecil system ini menambah margin keuntungan. Tentu saja keunggulan ini juga berlaku untuk tiras besar. Point utama dari speedmaster SM 52 dengan Anicolor inking unit terletak pada system Anicolor countinuous dampenig system dan plate yang digunakan adalah plate konvensional biasa. Terlebih lagi bila semua proses cetak sudah terstandar- missal dengan prist color management- maka kekuatan Anicolor akan lebih dimanfaatkan.
Heidelberg menampilkan Speedmaster SM 5, 10 warna dengan perfecting dan Anicolor iniking unit, pada pameran IGAS di Tokyo. Mesin cetak ini maenggabungkan kelebihan cetak bolak balik dua muka sekaligus dan Anicolor- yang berhasil menekan waste hingga 90% dengan kualitad tinggi dan penintaan yang konsisten.